6/18/10

Komunikasi dengan Yang Paling Spesial

Pernahkah melakukan komunikasi dengan orang yang kita anggap paling spesial dalam hidup ini dikarenakan punya rasa sayang atau cinta terhadapnya namun ternyata orang tersebut tidak memiliki perasaan yang sama dengan kita? atau berkomunikasi dengan orang yang kita sangat pedulikan namun orang tersebut sama sekali tidak mempedulikan kita. Dalam hal tersebut, komunikasi tetap dapat terjadi walau biasanya proses yang terjadi diantara dua orang tersebut akan berlangsung alot dan hanya berjalan satu arah.


Pihak yang mencintai akan sangat berbinar-binar, bersemangat dalam bertanya dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh akan jawaban yang diberikan oleh orang yang dicintainya karena ketika mencintai seseorang biasanya kita akan selalu ingin untuk berkomunikasi, agar bisa mengetahui tentang kabarnya; keadaannya; apa saja kegiatannya; terlebih itu kita juga jadi mau mendengarkan bahkan akan percaya apa yang dikatakan baik itu pendapat/cerita/saran/ide/dan lainnya. Sebaliknya pihak yang dicintai namun tidak memiliki perasaan yang sama, biasanya akan sangat bertolak belakang keadaannya -- dimana mereka tidak memiliki binar-binar dan semangat sehingga hanya akan menjawab dengan datar, tidak tertarik sama sekali untuk mengetahui atau mendengarkan pendapat, cerita, saran, ide dari yang mencintainya, bahkan tidak akan memberikan pertanyaan (umpan balik) yang akhirnya dengan semua keadaan seperti itu jadi menghasilkan proses komunikasi satu arah.


Begitu juga dengan kita yang sering mengakui bahwa sangat mencintai Tuhan Allah - Sang Pencipta dan Pemelihara kita yang justru begitu Mulia dan Spesial, apakah kita sudah sungguh-sunguh mencintaiNya dan selalu bersemangat untuk berkomunikasi denganNya. Dimana Tuhan Allah yang sudah lebih dulu mencintai dan bahkan begitu sangat mencintai kita semua. Tuhan Allah selalu mendengarkan apa yang kita utarakan, menjawab permohonan kita sesuai kehendakNya yang selalu terbaik untuk kita, menuntun langkah kita, memelihara hidup kita, bahkan yang selalu setia dan peduli dengan keadaan kita. Sehingga pertanyaan selanjutnya apakah kita benar-benar juga mencintainya di dalam mulut dan hati sehingga bisa terlihat melalui proses komunikasi yang kita lakukan denganNya sudah berlangsung dua arah, karena jangan-jangan selama ini kita sama saja seperti pihak yang hanya dicintai seperti ilustrasi di atas. Dimana hanya mau menciptakan komunikasi satu arah dan terus berada di dalam posisi untuk dicintaiNya saja tanpa mau mencintaiNya serta menghasilkan komunikasi dua arah.


Bagaimana kita mengecek cara berkomunikasi yang sudah dilakukan -- apakah itu sudah dua arah atau masih satu arah? Kita bisa mengeceknya dengan mengetahui terlebih dahulu cara berkomunikasi dengan Tuhan Allah (dimana cara ini sudah pasti diketahui oleh orang percaya) yaitu membaca Firman Tuhan sebagai Sabda Allah yang hidup dan menghaturkan doa kita kepadaNya. Kita bisa melihat kembali bagaimana keadaan hati dan pikiran kita ketika membaca Firman Tuhan dan berdoa, apakah sudah menjadi pihak yang benar-benar berada di dalam posisi mencintai dan mau berkomunikasi secara dua arah. Kalau kita mencintaiNya justru kita pasti selalu rindu, berbinar-binar, dan bersemangat untuk berkomunikasi denganNya.


Kita sebagai pihak yang mencintai akan selalu bisa memiliki kerinduan yang menggebu-gebu dan penuh semangat tinggi dalam mencari; mendengarkan, mempercayai; mengingat segala perkataanNya yang semua sudah ada di dalam Firman Tuhan. Di dalam berdoa, kita juga akan mengucapkan kata-kata yang berkenan kepadaNya, bukan hanya bercerita akan keadaan dan kebutuhan kita namun justru kita yang bisa bertanya apa yang diinginkanNya dan apa yang bisa membuatNya dipermuliakan melalui kita, dan kita juga bisa terus setia melaksanakan kehendakNya melalui hidup kita.


Marilah kita melihat dan merenungkan kembali bagaimana proses komunikasi kita, agar kita bisa mencintai Tuhan Allah tidak hanya di dalam ucapan kita tapi juga berasal dari hati dan pikiran kita sehingga bisa terpancar di dalam segala aspek kehidupan termasuk proses komunikasi kepada Tuhan Allah kita sebagai Pribadi yang Paling Spesial. Kita juga harus selalu bersyukur kalau mengingat keadaan kita sebagai orang percaya sudah mendapatkan anugerah keselamatan, serta bisa selalu mengimani bahwa kita justru bisa selalu cinta, yakin, percaya, bergantung dan bersandar hanya kepadaNya -- dimana Tuhan Allah adalah Sumber Segalanya yang tidak akan pernah mengecewakan kita karena cinta kasih dan keadilanNya selalu Suci, Agung, Mulia, dan Indah. Jadi bisa terlihat bahwa Tuhan Allah adalah Pribadi Yang Paling Spesial dari siapa dan apapun di dunia. Marilah kita selalu berkomunikasi karena benar-benar cinta dan bisa melangsungkan komunikasi dua arah kepada Tuhan Allah kita.

Matthew 22:37 (NKJV), Jesus said to him, “ ‘You shall love the LORD your God with all your heart, with all your soul, and with all your mind.

7/23/09

Paling...menurut Siapa???


Sudah tidak heran ketika mendengar kata 'paling' karena kita sendiri terbiasa menggunakan kata itu jika digunakan dalam membuat suatu ukuran. Tanpa disadari biasanya kita menggunakan kata tersebut untuk mengukur banyak hal dalam hidup seperti ukuran kemampuan, kesukaan, kesanggupan, keindahan, dan hal–hal lainnya. Dengan mudahnya kata tersebut bisa disandingkan menjadi penggalan pernyataan kita sehari-hari seperti pekerjaan itu yang 'paling cocok' denganku, pelayanan ini yang 'paling pas' untuk dilakukan, perilaku kita yang 'paling benar', dia yang 'paling baik' untuk menjadi pendampingku, dan masih banyak sederet hal lainnya yang bisa untuk disandingkan dengan menggunakan kata 'paling' ini.


Namun saat kita menggunakan ukuran dengan kata 'paling' itu, Apakah pernah terpikirkan dengan dasar apa yang melandasi penggunaan ukuran atau kata tersebut?? karena kalau mau direview ulang segala pernyataan kita yang menggunakan kata ‘paling’ ini – justru yang terlihat hanya berlandaskan keinginan atau nafsu kita sendiri, dimana biasanya sudah tercemari oleh dosa dan keegoisan diri. Sehingga respon yang kita berikan kepada Sang Pemberi segalanya sesuatu di dunia ini, biasanya juga tercemari oleh dosa juga - seperti:

Kita bisa meremehkan atas pekerjaan yang sudah tersedia. Kita merasa marah karena tidak bisa melayani di bidang yang disukai. Kita menjadi sombong karena merasa apa yang kita lakukan adalah yang paling benar. Kita bisa menjadi tidak serius dengan bagian yang sekarang karena tidak adanya kesempatan bekerja di bagian yang justru diinginkan. Kita menjadi kecewa karena tidak bisa bersama lagi dengan orang yang kita cintai, dan masih banyak contoh-contoh lainnya.


Kalau melihat dari respon itu semua, kita semua menjadi ciptaanNya yang sangat egois dan berdosa karena sebenarnya ada pertanyaan yang paling mudah untuk kita semua yaitu Siapa yang paling tahu dan mengerti dengan kehidupan kita itu semua, Sang Pemilik kita semua atau diri kita sendiri?? Bagaimana kita meresponi segala pemberian atau anugerah atau titipan dariNya?? Hal ini menjadi menyedihkan dan ironis jika yang ‘paling....’ dari kita, tidak pernah dikembalikan dengan keinginan Tuhan serta keyakinan kepadaNya karena ketika kita memiliki kepercayaan bahwa ada Tuhan yang menciptakan, memiliki, dan memelihara dunia ini termasuk kita semua, yang dimana juga Tuhan Allah adalah Sang Maestro Agung bagi semua ciptaanNya - sehingga yang paling pantas dan paham untuk menggunakan ukuran dengan kata ‘paling’ bagi segala aspek ukuran dalam kehidupan kita hanyalah Tuhan Allah saja.


Kita yang sudah percaya diangkat menjadi anak-anakNya, seharusnya jika menggunakan kata 'paling' harus bisa menambahkan dan mempercayai di dalam hati+pikiran kita (tidak hanya sekadar melalui kata-kata yang terucap saja) dengan kata ‘menurut Tuhan’. Sehingga bisa menjadi:

- Pekerjaan itu paling cocok denganku menurut Tuhan,

- Pelayanan ini yang paling sesuai untukku menurut Tuhan,

- Perilaku ini yang paling benar untuk dilakukan menurut Tuhan,

- Dia yang paling baik untuk menjadi pendampingku menurut Tuhan,

dan begitu pula dengan semua hal lainnya karena memang cuma Tuhan yang Paling Paham atas apa yang terbaik, tercocok, tersesuai, terbenar,etc untuk dianugerahkan dan disiapkan kepada kita terlepas dari segala keinginan, permintaan, dan ukuran kita yang biasanya sudah tercemari dosa. Sehingga ketika kita mempercayai bahwa segala yang tersedia adalah pemberian dan anugerah Tuhan yang paling terbaik buat ciptaanNya - kita juga harus menyadari respon yang ada kepada Tuhan seperti apa, dimana justru seharusnya bisa berubah semakin lebih baik dan berkenan ketika mengembangkan serta mengembalikan segala anugerah Tuhan hanya untuk kemuliaanNya saja.


Maukah kita melihat dan memikirkan kembali dasar landasan ukuran serta respon kita terhadap segala sesuatu yang sudah dianugerahkan dan disiapkan kepada kita dengan ukuran - paling yang menurut Tuhan??!! Sehingga kita bisa menjadi ciptaan Tuhan yang hanya memberikan respon yang menyenangkan dan berkenan kepadaNya karena segala anugerah yang diberikan dan disiapkanNya sudah disesuaikan dengan kita, dimana ukuran 'paling' tersebut adalah ukuran yang 'Paling Indah' untuk kita karena menurut TUHAN ALLAH.


God have planned something better for us so that only together with us would they be made perfect.

(Hebrews 11:40)