7/23/09

Paling...menurut Siapa???


Sudah tidak heran ketika mendengar kata 'paling' karena kita sendiri terbiasa menggunakan kata itu jika digunakan dalam membuat suatu ukuran. Tanpa disadari biasanya kita menggunakan kata tersebut untuk mengukur banyak hal dalam hidup seperti ukuran kemampuan, kesukaan, kesanggupan, keindahan, dan hal–hal lainnya. Dengan mudahnya kata tersebut bisa disandingkan menjadi penggalan pernyataan kita sehari-hari seperti pekerjaan itu yang 'paling cocok' denganku, pelayanan ini yang 'paling pas' untuk dilakukan, perilaku kita yang 'paling benar', dia yang 'paling baik' untuk menjadi pendampingku, dan masih banyak sederet hal lainnya yang bisa untuk disandingkan dengan menggunakan kata 'paling' ini.


Namun saat kita menggunakan ukuran dengan kata 'paling' itu, Apakah pernah terpikirkan dengan dasar apa yang melandasi penggunaan ukuran atau kata tersebut?? karena kalau mau direview ulang segala pernyataan kita yang menggunakan kata ‘paling’ ini – justru yang terlihat hanya berlandaskan keinginan atau nafsu kita sendiri, dimana biasanya sudah tercemari oleh dosa dan keegoisan diri. Sehingga respon yang kita berikan kepada Sang Pemberi segalanya sesuatu di dunia ini, biasanya juga tercemari oleh dosa juga - seperti:

Kita bisa meremehkan atas pekerjaan yang sudah tersedia. Kita merasa marah karena tidak bisa melayani di bidang yang disukai. Kita menjadi sombong karena merasa apa yang kita lakukan adalah yang paling benar. Kita bisa menjadi tidak serius dengan bagian yang sekarang karena tidak adanya kesempatan bekerja di bagian yang justru diinginkan. Kita menjadi kecewa karena tidak bisa bersama lagi dengan orang yang kita cintai, dan masih banyak contoh-contoh lainnya.


Kalau melihat dari respon itu semua, kita semua menjadi ciptaanNya yang sangat egois dan berdosa karena sebenarnya ada pertanyaan yang paling mudah untuk kita semua yaitu Siapa yang paling tahu dan mengerti dengan kehidupan kita itu semua, Sang Pemilik kita semua atau diri kita sendiri?? Bagaimana kita meresponi segala pemberian atau anugerah atau titipan dariNya?? Hal ini menjadi menyedihkan dan ironis jika yang ‘paling....’ dari kita, tidak pernah dikembalikan dengan keinginan Tuhan serta keyakinan kepadaNya karena ketika kita memiliki kepercayaan bahwa ada Tuhan yang menciptakan, memiliki, dan memelihara dunia ini termasuk kita semua, yang dimana juga Tuhan Allah adalah Sang Maestro Agung bagi semua ciptaanNya - sehingga yang paling pantas dan paham untuk menggunakan ukuran dengan kata ‘paling’ bagi segala aspek ukuran dalam kehidupan kita hanyalah Tuhan Allah saja.


Kita yang sudah percaya diangkat menjadi anak-anakNya, seharusnya jika menggunakan kata 'paling' harus bisa menambahkan dan mempercayai di dalam hati+pikiran kita (tidak hanya sekadar melalui kata-kata yang terucap saja) dengan kata ‘menurut Tuhan’. Sehingga bisa menjadi:

- Pekerjaan itu paling cocok denganku menurut Tuhan,

- Pelayanan ini yang paling sesuai untukku menurut Tuhan,

- Perilaku ini yang paling benar untuk dilakukan menurut Tuhan,

- Dia yang paling baik untuk menjadi pendampingku menurut Tuhan,

dan begitu pula dengan semua hal lainnya karena memang cuma Tuhan yang Paling Paham atas apa yang terbaik, tercocok, tersesuai, terbenar,etc untuk dianugerahkan dan disiapkan kepada kita terlepas dari segala keinginan, permintaan, dan ukuran kita yang biasanya sudah tercemari dosa. Sehingga ketika kita mempercayai bahwa segala yang tersedia adalah pemberian dan anugerah Tuhan yang paling terbaik buat ciptaanNya - kita juga harus menyadari respon yang ada kepada Tuhan seperti apa, dimana justru seharusnya bisa berubah semakin lebih baik dan berkenan ketika mengembangkan serta mengembalikan segala anugerah Tuhan hanya untuk kemuliaanNya saja.


Maukah kita melihat dan memikirkan kembali dasar landasan ukuran serta respon kita terhadap segala sesuatu yang sudah dianugerahkan dan disiapkan kepada kita dengan ukuran - paling yang menurut Tuhan??!! Sehingga kita bisa menjadi ciptaan Tuhan yang hanya memberikan respon yang menyenangkan dan berkenan kepadaNya karena segala anugerah yang diberikan dan disiapkanNya sudah disesuaikan dengan kita, dimana ukuran 'paling' tersebut adalah ukuran yang 'Paling Indah' untuk kita karena menurut TUHAN ALLAH.


God have planned something better for us so that only together with us would they be made perfect.

(Hebrews 11:40)

5/25/09

Tak Kenal maka Tak Sayang


Kita sudah sering mendengar istilah atau pepatah seperti tak kenal maka tak sayang, yang dimana lebih terbiasa untuk dikaitkan dalam aspek relasi terhadap sesama namun sebenarnya pepatah tersebut bisa digunakan di berbagai aspek dalam kehidupan kita seperti pekerjaan, pendidikan, pelayanan, kegemaran, serta masih banyak yang lainnya juga. Namun yang terpenting pepatah tersebut bisa dikaitkan dengan relasi manusia kepada Tuhan. Sebenarnya kata 'kenal' sendiri adalah suatu kata kerja dimana yang menunjukkan kita tahu; teringat kembali; mempunyai rasa; pernah tahu; mengerti; mempunyai pengetahuan tentang--ini semua dapat terjadi saat kita melakukan pengenalan kepada sesuatu tersebut. Terkadang saat dimana kita tidak mengenal, kita justru jadi tidak mengerti dan mempercayai akan seperti apa hal tersebut.

Apabila hal mengenal ini dikaitkan dalam suatu relasi diantara sesama yaitu saat kita merasa sulit untuk bisa berbicara terbuka kepada orang yang baru saja dikenal. Biasanya hubungan antara dua orang atau lebih yang baru saja bertemu akan menjadi canggung, berbincang-bincang seadanya dan mungkin hanya sekadar basa basi. Akan beda hasilnya jika yang bertemu adalah orang yang sudah saling mengenal dengan baik dan lebih dalam, misalnya seperti yang biasa terjadi antara relasi dengan sahabat terdekat -- kita akan dengan leluasa dan nyaman bercerita tentang segala hal, bahkan juga yang bersifat personal sekalipun. Menceritakan peristiwa yang terjadi, mencurahkan perasaan, menanyakan pendapat untuk hal-hal yang pribadi dan sejenisnya -- semuanya itu akan jauh lebih mudah dilakukan kepada orang yang sudah sangat kita kenal dengan sangat baik. Mengapa bisa terjadi seperti demikian? Karena lewat pengenalan yang semakin baik melalui membuka hati, memberi yang kita miliki (*secara ini semua anugerah dariNya), frekuensi komunikasi yang semakin bertumbuh secara kualitas maupun kuantitas, etc. Mau mengetahui, mengerti, dan mengungkapkan kehendak atau keinginan masing-masing dapat bisa menumbuhkan rasa percaya dan setelah percaya akan diikuti juga dengan perasaan peduli bahkan akan semakin terus meningkat menjadi perasaan sayang kepada mereka.

Jika hal-hal simple tersebut juga bisa kita terapkan di dalam mengenal Tuhan, seperti kita mau membuka hati kita kepadaNya, bukan hanya memberi tapi justru kita mengembalikan semuanya yang kita miliki kepada Sang Pemberi, frekuensi komunikasi yang bertumbuh dan secara kualitas dan kuantitas dengan melakukan saat teduh (merenung kepada Tuhan) -- membaca Firman Tuhan -- berdoa: komunikasi seperti ini harus terus ditingkatkan agar bisa semakin peka dalam mendengar Suara Tuhan kepada kita, serta mau mengetahui kehendak Tuhan Allah di dalam hidup ini. Sehingga setelah kita mengenal akan juga bisa semakin mencintaiNya. Namun terlepas itu semua terkadang relasi manusia kepada Tuhan masih dangkal yang dimana kita masih dengan mudahnya bisa mengucapkan kata cinta atau kasih terhadap Tuhan, tapi benarkah kita sudah sungguh-sungguh mencintai Tuhan Allah kita karena sebenarnya kita sendiri belum mau mengenalNya lebih dalam lagi di dalam hidup kita bagaimana bisa untuk mencintaiNya. Sejauh mana kita mengenal Tuhan? Itu akan berkaitan erat dengan seberapa jauh kita dekat dengan Tuhan, dan kemudian akan sangat menentukan seberapa besar juga tingkat kepercayaan kita yang bisa mendukung perasaan cinta kita kepadaNya.

Mengaku cinta atau kasih kepada Tuhan mungkin mudah karena bisa kata-kata yang bisa diucapkan depan orang lain, lewat lagu-lagu pujian yang dinyanyikan, pengalaman yang diceritakan, etc. Mungkin mudah bagi kita untuk berkata aku mencintai atau mengasihiNya, namun ketika kita dihadapkan pada realita biasanya hanya sedikit yang benar-benar percaya lewat iman yang teguh bahwa Tuhan itu ada memelihara kehidupan mereka sehari-hari. Ketika masalah menerpa, cobaan menghampiri, badai menghadang, etc seringkali justru rasa percaya itu menjadi menurun, bahkan mungkin hilang sehingga dengan mudahnya juga kita jadi tidak mencintai Tuhan lagi. Masalah menjadi terlihat jauh lebih besar dibandingkan kuasa yang dimiliki Tuhan. Inilah yang mungkin terjadi apabila kita belum sungguh-sungguh mengenal Tuhan Allah kita.

Bagaimana bisa sungguh-sungguh mencintai kalau belum benar-benar mengenal?
Untuk bisa benar-benar mencintai Tuhan, tentu terlebih dahulu kita harus sungguh-sungguh mengenalNya.
Bagaimana kita bisa mengenal Tuhan Allah kita? Yang pertama kita bisa Mengenal pribadi Tuhan melalui Firman Tuhan. Alkitab mencatat begitu banyak keterangan mengenai Tuhan Allah. Salah satunya adalah tips yang diberikan Daud dalam Mazmur. "Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN." (Mazmur 9:11). Salah satu kunci penting yang disebutkan disini agar kita bisa percaya yaitu dengan mengenal Tuhan. Masih banyak yang bisa digali dari Firman Tuhan yang membuat kita bisa secara mendalam mengenal siapa Tuhan Allah kita sebenarnya dan semakin mencintaiNya.
Mengenal pribadi Allah juga bisa kita peroleh lewat
pengalaman kita berjalan bersama-sama denganNya. Mengalami langsung kuasa Tuhan dengan penyertaanNya di dalam hidup kita adalah saat-saat dimana kita bisa mengenal dan menikmatiNya. Saat kita percaya untuk semakin hidup taat mengikuti kehendakNya, maka kuasaNya justru akan semakin nyata kita rasakan. Manusia yang percaya akan dibenarkan, yang mengaku akan diselamatkan dan yang semakin mengenal akan semakin bisa mencintai dan menikmatiNya. Ini sejalan dengan ayat diatas bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan manusia yang terus setia mencari dan merindukanNya.

Manusia yang setia mencari dan merindukan Tuhan adalah orang yang mencintai kepadaNya, punya pengharapan tanpa henti, tidak menyerah pada ketakutan dan kekhawatiran sendiri dan ini akan dimiliki apabila kita mengenal siapaTuhan itu sebenarnya, sebesar apa sesungguhnya kasihNya bagi kita semua, seberapa besar Tuhan ingin kita selamat dan mendapatkan bagian di KerajaanNya. Ini semua bisa mengingatkan kembali di dalam relasi manusia kepada Tuhan, sehingga kita bisa memiliki relasi yang terus bertumbuh kepada Tuhan Allah. Janganlah berhenti mencintai hanya dengan sebatas bibir saja, mulailah hari ini untuk mengenal pribadi Allah lebih jauh lagi sehingga dengan hati dan iman yang teguh kita bisa percaya sepenuhnya dan terus bertumbuh dalam mencintai Tuhan secara nyata di dalam hidup kita.

4/18/09

Korban =< Pelaku

Melihat judul di atas yang menggunakan dua kata yaitu korban dan pelaku, mungkin membuat kita menjadi mudah untuk mengaitkan masing-masing kata tersebut di dalam kehidupan sehari-hari karena kita sudah terbiasa mendengar kata tersebut. Dimana biasanya kata korban akan menjadi banyak untuk dikaitkan dengan hal-hal seperti korban tabrak lari, korban pelecehan seksual, korban kekerasan, korban penganiayaan, korban penipuan, korban perasaan, etc. Begitu banyak kata korban yang bisa diberikan tambahan kata dan pada akhirnya menghasilkan kata yang negatif. Melihat padanan kata korban tersebut sebenarnya perlu diberikan juga apa sebenarnya definisi dari kata 'korban'. Korban adalah orang yang menjadi menderita, tersiksa, sengsara, sedih, kecewa, etc akibat suatu kejadian, penipuan, penganiayaan perbuatan iseng, kejahatan, etc yang menimpanya.

Terkadang kita suka merasa kesal, kecewa, sedih, sakit, dan lain-lainnya ketika menjadi 'sang korban' apapun itu karena merasa diri ini tidak pantas atau tidak layak untuk dijadikan korban oleh orang-orang ataupun situasi di sekeliling kita. Tapi kalau mau dipikir ulang dan mengintropeksi diri, Apakah kita tidak pernah menjadi pelaku bagi sesama kita di dalam hidup ini?? Seakan-akan kita tidak pernah menjadi pelaku yaitu menipu, membohongi, memarahi, mengerjai,etc orang-orang bahkan situasi yang berada di sekeliling kita. Sebenarnya tanpa disadari justru mungkin kita pernah jadi pelaku yang jauh lebih kejam dan menyiksa dibandingkan saat menjadi sang korban.

Terlepas dari itu semua, ada hal yang lebih penting yang justru harus lebih kita pikir ulang apalagi buat orang yang mengaku percaya kepada Tuhan, karena saat kita tidak menyadari atau tidak mau mengakui bahwa kita tidak pernah jadi pelaku dalam hidup ini sebenaranya kita benar-benar sungguh kejam karena melupakan hal yang sangat penting yaitu kita justru sebenarnya sudah menjadi pelaku yang paling jahat karena keberdosaan dan segala perbuatan tidak berkenan kepadaNya yang sering kita lakukan telah membuat Tuhan kita yaitu Tuhan Yesus Kristus mau turun ke dunia berdosa ini dan menderita, tersiksa, bahkan mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa dan segala perbuatan jahat yang sudah manusia lakukan. Kita justru telah menjadikan Dia sebagai korban yang paling menderita dan sengsara tanpa bisa digantikan siapa pun juga di dunia ini, padahal Tuhan Yesus Kristus justru satu-satunya Pribadi unik yang sama sekali tidak bercela dan berdosa, serta tidak pernah jadi pelaku bagi manusia dan apapun di dunia namun justru rela mati untuk kita semua yang sebenarnya sama sekali tidak layak menerima itu semua.

Oleh karena itu, saat kita menjadi sang korban justru seharusnya kita tidak layak atau tidak boleh atau tidak pantas memiliki perasaan kesal, marah, dengki, kecewa bahkan dendam yang ingin membales itu semua karena ketika kita cuma fokus pada diri kita sendiri atau semua perasaan yang menimpa diri kita sendiri justru itu semua akan membawa kita jatuh ke dalam dosa. Namun kita justru harus bisa berfokus dan melihat kembali kepada pengorbanan Tuhan Yesus Kristus yang dimana begitu pengasih dan penyayang karena mau mengorbankan segalanya bahkan sampai nyawaNya sendiri untuk membebaskan kita dari hukuman maut.
Bagaimana kita bisa merespon segala pengorbananNya di dalam kehidupan kita ini??!!
Marilah kita sebagai orang percaya, bisa mengintropeksi diri sendiri akan ini semua ini, serta
Maukah kita senantiasa terus belajar dari karakterNya yang paling indah dalam menjalani segala aspek kehidupan kita di dunia ini??!!

3/31/09

Kado yang Special

Ada seorang anak kecil yang pernah melihat suatu kado yang begitu spesial, walaupun dia sebenarnya juga selalu diberikan kado-kado yang indah dan spesial oleh si Pemilik semua yang ada di dunia ini namun kado yang spesial ini jenisnya berbeda dan begitu indah baginya sampai-sampai anak kecil tersebut tidak berani untuk meminta kepada Pemiliknya. Sehingga yang dilakukan si anak kecil setiap harinya hanya berceloteh ria kepada Pemiliknya, menceritakan ketika bisa mengenal, melihat, bertemu, tersenyum, rindu, serta segala pertanyaan dan perasaannya yang seharusnya ditujukan kepada kado tersebut justru hanya bisa diceritakan kepada Sang Pemilik.

Namun tanpa diminta, tanpa diduga, tanpa dikira...segalanya datang secara mendadak...
Pemilik semua yang ada justru memberikan kado yang spesial itu kepada si anak kecil tersebut. Hati si anak kecil begitu bersukacita dan bersemangat. Walau anak kecil tersebut sudah sering mendapatkan begitu banyak kado yang spesial serta indah, namun untuk pertama kalinya anak kecil tersebut bisa mendapatkan jenis kado yang seperti ini dan baginya ini yang paling indah diantara kado yang sejenis dengannya.

Sekarang ketika kado tersebut sudah berada di depan mata, anak kecil tersebut malah kebingungan karena dia tidak tahu cara mengungkapkan perasaan sukacitanya memberikan sayangnya, menunjukkan bagaimana indahnya kado tersebut bagi dirinya, dan masih banyak lagi yang ingin dilakukan untuk kado tersebut namun belum bisa dilakukannya karena anak kecil itu takut justru akan membuat kado tersebut justru merasa tidak nyaman. Sehingga sekarang pun yang dilakukan si anak kecil adalah kembali berceloteh ria kepada Pemiliknya seperti dahulu kala karena hanya kepada Pemilik tersebut dia bisa mengungkapkan segalanya tanpa rasa takut dan khawatir.

Yang terpenting justru anak kecil tersebut senantiasa bersyukur dan berterima kasih karena bisa diberi kesempatan untuk boleh menikmati seutuhnya. Walaupun anak kecil itu juga menyadari bahwa waktu yang diberikan kepadanya untuk bersama kado itu tidak tahu akan berapa lama--karena kado yang spesial tersebut cuma titipan yang diberikan sehingga kapan pun juga Sang Pemilik akan berhak mengambilnya kembali. Namun anak kecil itu juga meyakini bahwa selama masih tersedianya waktu baginya, dia akan berusaha untuk bisa melakukan semuanya itu kepada si kado tersebut, karena dia benar-benar mau menghargai dan menjaga kado spesial yang sudah diberikan kepadanya.

2/27/09

Mendapatkan dan Melepaskan

Banyak orang yang sering beranggapan kalau susah mendapatkannya akan susah juga melepaskannya, anggapan ini berlaku dalam banyak konteks misalnya konteks hidup, keahliaan, pekerjaan, kepemilikan, cinta, etc.

Mungkin yang paling sering dibicarakan adalah di dalam konteks cinta yaitu dimana jika sulit atau penuh perjuangan dalam mendapatkan cinta dari orang yang kita cintai akan sulit juga melepaskannya cinta tersebut, tapi kalau mudah atau kurang adanya perjuangan dalam mendapatkan cintanya maka akan menjadi mudah dalam melepaskannya...

Sebenarnya kalau kita mendapatkan apapun di dalam hidup ini baik itu susah ataupun mudah, itu semua adalah pemberian olehNya dan terkadang kita sering menganggap apapun yang kita miliki ini adalah milik kita sendiri, padahal apapun yang kita miliki ini adalah milik Sang Pencipta kita yang sudah dianugerahkan di dalam hidup ini serta itu semua ada expired date-nya. Contoh yang paling gampang adalah hidup kita, dimana hidup kita ini akan ada expired date, yaitu meninggal apalagi hal-hal lainnya seperti pekerjaan, kepintaran, keahliaan, persahabatan, kepemilikan, bahkan di dalam percintaan yang paling final pun yaitu pernikahan--karena ketika saat mengucapkan janji setia pernikahan terdapat kata-kata yaitu ....till death us part, dari sini bisa terlihat bahwa pada awal ketika janji untuk dipersatukan tersebut diucapkan, sudah terdapat juga peringatan bahwa pada saatnya ketika meninggal juga akan terpisah. Serta masih banyak hal-hal lainnya yang dianugerahkan pada kita dalam hidup ini.

Oleh karena itu ketika kita mendapat kesempatan untuk mendapatkan semua anugerah seharusnya itu bisa dijaga dan dinikmati dengan sepenuh hati tanpa melihat apapun latar belakangnya karena mau sebagaimana susahnya atau mudahnya untuk mendapatkan itu, namun yang perlu diingat terus bahwa itu semua adalah anugerah dari Sang Pencipta ketika kita masih diberi kesempatan untuk memiliki dan menikmatinya--sehingga jangan sampai kita membuang atau meninggalkan begitu saja justru harus terus bersyukur, masih ada kesempatan. Serta ketika saatnya juga akan diambil kembali oleh Sang Pencipta, seharusnya kita bisa melepaskannya dengan kerelaan hati yang sepenuhnya karena kesempatan untuk kita sudah habis dan dari awal juga itu semua memang bukan milik kita. Apapun yang ada di dunia adalah milik Sang Pencipta kita.

When you feel down because you didn't get what you want or you lost something that you really care about..Just sit tight and be joyful because God is always thinking of something better for you ^_^

1/29/09

When you can live forever.. What do you live for...

Melihat judul di atas, akan mengingatkan kita pada salah satu tagline film yang ramai dibicarakan orang-orang awal bulan Desember 2008.

Menggunakan judul di atas bukan berarti tulisan ini mau membahas, me-review, ataupun mempromosikan film tersebut. Justru tertarik dengan tagline film itu dikarenakan setelah menonton film tersebut, begitu banyak yang mengidolakan pemeran utama prianya sampai banyak juga yang berkomentar ingin bisa hidup abadi seperti pemeran utama pria tersebut. Padahal kalau dilihat dalam adegan-adegan di film tersebut, menjadi 'abadi' seperti yang ada justru terlihat menyedihkan karena harus mengalami proses yang sakit terlebih dahulu, masih tinggal di bumi yang penuh keberdosaan ini, tidak bisa tidur, terbiasa diuber-uber dan berkelahi dengan musuh, harus bisa kuat menahan nafsu diri sendiri jika bertemu dengan mahkluk ciptaan Tuhan yang paling indah yaitu manusia, makan satu jenis cairan saja, etc. Jadi apa enaknya menjadi hidup abadi dan mesti menjalani itu semua yang ditawarkan oleh cerita di dalam film tersebut. Serta yang paling penting setelah bisa hidup abadi, tujuan hidupmu akan untuk apa juga mungkin hanya sebatas hanya mendapatkan kesenangan palsu atau sesaat, dan mungkin saja ternyata apa yang menjadi tujuan hidupnya justru masih menjadi tanda tanya besar.

Sedangkan untuk orang percaya yang diselamatkan oleh Tuhan Yesus Kristus jutru kita juga percaya akan hidup abadi di dalam kekekalan tanpa harus mengalami segala proses yang menyedihkan seperti hidup abadi dari awal sampai perjalanannya yang ditawarkan dalam film tersebut, justru hidup kita sebagai orang percaya akan jauh lebih nikmat dan indah pada saat berada di dalam kekekalan tersebut. Di dalam kekekalan, kita akan bertemu muka dengan muka kepada Tuhan Allah, kita akan hidup di bumi yang baru dimana tidak ada keberdosaan lagi, dimana yang ada hanya sukacita dan kebahagiaan, serta dipersatukan kembali dengan saudara-saudara kita yaitu orang-orang percaya jadi tidak akan ada adegan diuber-uber atau berkelahi dengan musuh. Kita juga memiliki tubuh yang berkualitas surgawi berarti akan jauh lebih indah dengan tubuh kita yang sekarang, tidak akan ada sakit penyakit lagi, tidak akan ada rasa nafsu yang biasanya justru cenderung membawa kita dalam keberdosaan. Serta yang paling penting kita akan bisa terus menerus menikmati hubungan yang tak pernah putus dengan Tuhan Allah.

Serta hidup kita sekarang ini serta nanti di dunia yang baru akan untuk apa juga sudah menjadi jelas karena kita sebagai orang yang percaya di dalam nama satu nama Tuhan Yesus Kristus kita memiliki tujuan yang sangat jelas dan paling utama yaitu untuk memuliakan dan menikmati Tuhan Allah - Sang Pencipta segalanya di muka bumi ini. Kita sebagai manusia akan terus bekerja untuk memuji dan menyembah Tuhan Allah sampai selama-lamanya. Oleh karena itu kiranya kita sebagai orang yang percaya, bisakah kita hidup hanya untuk memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan Allah senantiasa, maukah kita memakai segala talenta dan anugerah yang sudah diberikan untuk mengembalikan lagi kepada kemuliaan Tuhan Allah karena hidup di dunia ini adalah proses pembelajaran dan persiapan untuk hidup dalam kekekalan di dunia yang baru.

Kalau melihat perbandingan di atas, akan terlihat jelas hidup dalam kekekalan yang seperti mana yang lebih baik dan sejati. Nah kalau sudah tahu apakah masih menginginkan hidup dalam kekekalan palsu yang ditawarkan dunia ini atau justru kita menginginkan serta menantikan-nantikan hidup dalam kekekalan sejati yang dianugerahkan oleh Tuhan Allah Pencipta segalanya kepada kita sebagai orang percaya.